Teks Biografi

Kamis, 21 Februari 2013

Buku biografi atau otobiografi tokoh (termasuk di dalamnya profil tokoh)
pada saat ini sangat banyak. Sebagian di antaranya termasuk buku yang
sangat laris. Itu berarti kegiatan membaca buku biografi/otobiografi menjadi
hal yang sangat penting. Di sisi lain, paparan tentang profil tokoh juga sering
dijumpai, baik di koran, tabloid, majalah, maupun buku. Itu juga mengindikasikan pentingnya membaca teks profil tokoh. Persoalannya
adalah apakah pada saat membaca buku tersebut kita telah membaca
dengan benar. Benar atau tidaknya kita membaca biografi atau profil tokoh
sangat bergantung pada tujuan kita membacanya.
Secara garis besar, ada beberapa tujuan membaca otobiografi atau profil
tokoh, antara lain:
a. untuk mencari hal-hal yang menarik dan mengesankan dari perjalanan
hidup tokoh
b. mencari hal yang dapat dicontoh untuk kehidupan sendiri
c. mengumpulkan hal-hal yang disukai pada diri tokoh
d. mencari keistimewaan tokoh
e. mencari inti sari riwayat tokoh.
Berikut ini adalah contoh teks biografi!
Bacharuddin Jusuf Habibie
Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, lahir
di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan
anak keempat dari delapan bersaudara, dari pasangan Alwi Abdul Jalil
Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah
dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai
dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-
Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah
ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya
kegemaran menunggang kuda ini harus kehilangan bapaknya yang
meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan
jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah keBandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School.
Di SMA, prestasi beliau mulai tampak menonjol, terutama dalam
pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.
Setelah tamat SMA di Bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas
Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma
dari Technische Hochschule, Jerman, tahun 1960, yang kemudian
mendapatkan gelar Doktor dari tempat yang sama pada tahun 1965.
Habibie menikah pada tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak.
Tahun 1967, beliau menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada
Institut Teknologi Bandung.
Banyak langkah Habibie dikagumi, penuh kontroversi, namun tak
sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih
penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari
"habitat"-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya
setahun kuliah di ITB Bandung, kemudian 10 tahun beliau kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan
predikat summa cum laude. Lalu, beliau bekerja di industri pesawat
terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan
Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, selama 20 tahun Habibie menjabat Menteri Negara
Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri
Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh
Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto.
Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan
Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser
akibat referendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato
Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi
warga negara biasa, kembali pula hijrah untuk bermukim ke Jerman.

Sumber: Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia

0 komentar:

Total Tayangan Halaman