Gracell Lobell

Jumat, 26 April 2013



Namaku Gracell Lobbel. Menjadi anak tunggal memang bukan keinginanku. Apalagi dengan kondisi keluarga broken home. Aku tak pernah berharap untuk terlahir seperti ini. kedua orangtuaku telah bercerai sejak aku berusia 5 tahun. mereka bercerai karna ayah tak pernah setuju jika ibu menjadi wanita karier. Sedangkan ibu yang bercita-cita menjadi wanita karier, tak pernah mau berhenti untuk bekerja dan bekerja. Mereka memang  terlalu egois untuk memfikirkan kehidupan mereka masing-masing. Tanpa memfikirkan keadaanku. Tahun pertama benar- benar sulit untuk kujalani. Hidup bersama ibu, tetapi tanpa ayah. Sempat terfikir olehku untuk kabur dari rumah, ataupun menjauhi kehidupanku sekarang. Tapi tak pernah bisa.
Semenjak aku hidup dengan ibu. Aku selalu merasakan kesepian. Disekolah baru pun aku menjadi pendiam dan murung. Ketika, istirahat aku lebih suka menghabiskan waktuku untuk menuliskan apa yang kurasa. Bahkan tak ada seorang pun yang mau berteman denganku. Mereka memandangku sebagai anak aneh. Tak jarang mereka mengejekku. Tapi aku hanya diam saja. Tak pernah kurespon, walau itu menusuk hatiku. Dirumah pun aku kesepian. Hanya teddy bear pemberian nenek yang kupunya, dan bibi rose yang pengasuhku. Ibuku yang bekerja sebagai wanita karier jarang memiliki waktu berssamaku. Mungkin hanya 1 kali dalam seminggu aku dapat makan malam bersama ibu. Itu pun harus menata ulang semua schedule yang telah terdaftar.
Aku duduk didepan jendela kamarku dilantai dua. Duduk diatas kursi tua dengan wajah penuh harapan, menatap jauh ke langit mendung malam itu. Rintik hujan menetes dikaca jendelaku. Suasana mendung yang dingin membuatku semakin memeluk erat teddy bear yang kudekap. Menunggu ibu pulang. Setiap malam hanya itu yang kulakukan. Berharap munculnya mobil berwarna abu-abu dari ujung jalan. Ibu sudah berjanji untuk menemaniku makan malam. Sudah dari satu jam yang lalu bibi rose mempersiapkan makan malam. Meja makan tertata rapi. Ada banyak lauk dan buah diatas meja. Dengan taplak motif bunga kesukaan ibu. Satu jam berlalu, hamper satu setengah jam aku menunggu. Bibi rose menghampiriku. Mengajakku untuk makan malam terlebih dulu. Namun aku menolak. aku ingin makan malam bersama ibu.
Lama aku menanti ibu. Hujan diluar sana semakin deras mengguyur kota yang kutempati. Kilatan petir terlihat dengan jelas dari kaca jendelaku. Mataku berat untuk tetap terbuka. Kulihat bibi rose yang tadi masih merajut baju dikursi, sekarang sudah terlelap. Kelapaku terasa berat untuk tetap tegak. Perlahan penglihatanku mulai semu, dan aku terlelap dalam imajinasi mimpiku.
Seperti biasa. Bibi rose yang membangunkanku. Membuka gorden kamarku. Membuat kilauan sinar matahari pagi menembus jendela kamarku. Aku membuka mata. Sesekali merenggangkan otot-ototku, dan menguap lebar. Masih duduk diatas ranjang dengan mata beluh terbuka seutuhnya. Memandang sekelilingku. Terlihat dari pintu kamarku yang terbuka, ibu mondar-mandir .Tidak seperti biasanya ibu bangun sepagi ini. Sepertinya tergesa-gesa. Aku menggapai teddy bearku dan berjalan sempoyongan keluar kamar. Berhenti sejenak didepan pintu sambil melihat ibu yang sedang berbicaara dengan orang diseberang telpon. Aku mendekatinya dengan langkah berat.
“tadi malam aku menunggu ibu untuk makan malam. “ kataku dengan mata sembab dan wajah yang masih mengantuk. “ maaf grace, tadi malam ibu ada meeting mendadak. Lain kali saja ya.. “ jawaban yang mudah ditebak. Aku sudah tau bahwa ibu akan menjawab hal itu. Alasan yang sama setiap kali ibu membatalkan makan malam bersamaku. “ oh .. baiklah. Ibu mau kemana ? rapi sekali. Tunggu , biar ku tebak. Meeting ? dinas ? keluar kota ? ya pasti salah satu dari itu semua.” Jawabku ketus “Grace .. tolong dong, ngertiin ibu. Ibu kerja juga buat memenuhi kebutuhan kita kan ? ibu akan keluar kota hanya untuk beberapa hari sayang “ penjelasan itu sudah pernah kudengar.
“ kanapa grace  harus selalu ngertiin ibu ? kapan ibu ngertiin aku! “ aku berbicara dengan nada yang sedikit tinggi. Terlihat ibu yang berjalan keluar rumah tiba-tiba berhenti dan berbalik arah mendekatiku. “ Ibu berjanji. Setelat ibu kembali. Satu minggu penuh untukmu. Namun berjanjilah kau akan bersikap baik dan menurut perkataan bibi rose. “ jawaban ibu seperti awan cerah yang datang menggantikan mendung dihatiku. “ benarkan ? ibu berjanji ?” Nampak lengkungan senyum indah dipipiku. Terdengar klakson mobil kantor ibu berbunyi. Ia berlari-lari kecil sambil berkata “ ibu berjanji “ . kulihat ibu melambaikan tangan dari dalam mobil yang berjalan keluar dari pekarangan rumahku.
                Siang ini cukup membakar kulitku. Aku berjalan menyusuri trotoar siang ini. karna ibu keluar kota, tak ada yang menjemputku. Dari kejauhan terlihat ramai di sebelah rumahku. Rumah milik kakek Kostas yang sudah lama tidak ditempati. Aku cuek saja berjalan melewati kerumunan orang-orang yang sedang mengeluarkan barang-barang dari dalam truk. Karna aku tak ingin tau urusan mereka. Tiba-tiba ada seorang gadis yang sepertinya sebaya dengaku. Dan dia mendekatiku.
“ hei .. apa kau Gracell lobell ?” sapa gadis itu dengan ramah. Rambutnya yang pirang tertiup angin membuatnya nambak terlihat cantik. Aku hanya menggangguk dengan pandangan bingung. Langsung saja dia menyambar tanganku “ namaku Kyle Belcher. Aku cucu kakek Kostas. Bibi rose bercerita banyak tentangmu. Salam kenal” senyum itu masih melekat di pipi merah kyle . gadis yang baru kukenal beberapa menit yang lalu. Sepertinya dia baik. Aku menyukai sikapnya.
Kyle menarikku untuk duduk didepan terasnya. Dia bercerita banyak tentang kehidupannya di meksiko. Mulai teman-teman sekolahnya. Keluarganya, semuanya. Aku masih merasa canggung bercerita padanya. Walaupun dia memanggilku ‘ Bell’ bukan ‘Grace’. Tapi itu takkan menjadi masalah. Setelah beberapa tahun lamanya. Ini kali pertama aku memilki teman. Kyle Belcher, sekarang dia temanku.
Baru dua hari aku mengenal kyle. Namun rasanya sudah lama sekali. Kepergian ibu keluar kota tak terasa rasanya karna ada kyle. Dia membuatku tersenyum dan bahagia. Kyle juga mendaftar disekolah yang sama dngnku. Kehidupanku yang suram perlahan berubah. Kini aku bukan grace yang pemurung lagi. Bahkan sekarang aku lebih suka dipanggil bell.
Sore itu kyle memintaku untuk menghantarkannya ke pemakaman kakek Kostas. Sebelum kepemakaman kami mampir ketoko bunga untuk membeli seikat bunga untuk kakek Kostas. Setelah itu kami berjalan menuju pemakaman. Setelah kami selesai mengirimkan doa untuk kakek Kostas, aku mengajak kyle ke bukit belakang sekolah. Disana tempat aku merenung ketika aku sedih. Ternyata kyle juga menykai tempat itu. Tempat persembunyianku yang tidak semua tau tantang bukit belakang sekolah. Bahkan banyak yang berfikir bahwa bukit belakang sekolah adalah tempat yang berhantu. Tapi itu hanya fikiran mereka. Disini udaranya bersih, ada 2 ayunan dibawah pohon  , dan juga banyak kelinci disana. Aku dan kyle berlomba memegang kelinci-kelinci liar disana. Melelahkan, tapi menyenangkan.
                Hari mulai sore. Kami memutuskan untuk kembali kerumah. Diujung jalan, aku melihat bibi rose yang terlihat kebingungan. Saat melihatku, lantas dia berlari sebisanya. Dengan baju seadanya, dan handphone ditangannya. Pipinya basah, matanya sembab, sepertinya dia menangis.
“ bibi kenapa ?” tanyaku.
“ bell.. ibumu kecelakaan ..” seketika terasa jantungku berhenti. “ tadi malam, ibumu perjalanan pulang… tapi di perjalanan hujan lebat. Mobilnya merosot kejurang. Mobilnya saja baru ditemukan tadi pagi oleh warga sekitar. Kita harus pergi kerumah sakit sekarang. “sambung bibi rose .
Sampai dirumah, aku langsung mengemasi barang-baraang ibu. Untung ada orang tua kyle. Mereka meminjamkan mobilnya untuku dan bibi rose. Sebelum aku pergi. Kyle memberkan sebuah recorder kepadaku. “ bell, kalau kau sedih. Utarakan semua isi hatimu pada recorder ini. anggap saja dia aku. Okey . “ aku mengganguk lalu memeluknya. Aku berjalan memasuki mobil, bibi rose yang menyupir, sedangkan aku duduk dibangku belakang dengan teddy bear, dan recorder pemberian sahabatku. Otakku kembali memikirkan kondisi ibuku sekarang. Aku tidak ingin kembali menjadi grace yang pemurung dan cengeng, aku ingin tetap menjadi bell yang periang. aku memandang foto ibu ditanganku. Air mata itu menetes menuruni kantong mataku dan mengaliri’I pipiku dengan derasanya. Aku mencoba untuk menghentikannya. Tapi tak ada hasil, dia masih saja mengalir. Aku memilih untuk tidur untuk menenangkan fikiranku.
Bibi rose membangunkanku. Kami sudah tiba di New York. 3 jam perjalanan dari kota kecil dipinggir kota New York sampailah kami di kota New York. Aku menurunkan barang-barang dari dalam bagasi. Sedangkan bibi rose merenggangkan otot-ototonya yang pegal karna menyetir dari tadi.
Ibu terbaring lemas diatas ranjang. Terlihat banyak alat bantu pernafasan yang dipasang. Pasti sakit rasanya. Aku hanya dapat menangis dipelukan ibu. Bibi rose mencoba menenangkanku. Aku tak tahan melihat penderitaan ibu. Aku berlari kekamar mandi. Aku ikuti usul kyle. Aku marah, aku sedih, semua kuucapkan pada recorder itu. Air mataku terus mengalir hingga bajuku agak basah. Lalu aku memutuskan untuk mandi .
Tiga hari berlalu. Ibu belum sadarkan diri. Sore ini kyle dan keluarganya datang menjenguk ibu. Kedua orng tuanya berbicara panjang lebar dengan bibi rose. Sedangkan kyle mengajakku untuk ketaman rumah sakit . kami duduk berdua dibangku taman. Otakku kembali memikirkan kondisi ibuku, air mata itu datang lagi.
“ hei .. kenapa menangis bell ? aku tak suka melihat air itu menetes di pipimu. Ayo lah .. “ kata kyle sambil mengusab air mataku dengan ibu jarinya. “ aku takut kyle. Aku sudah cukup menderita dengan kesibukan ibu yang jarang bersamaku. Dan sekang aku tkut, ibu takkan bersamaku lagi “ air mata itu semakin deras menetes. Kyle mencoba menenangkanku. Dia memelukku. “ tak usah takut. Kalau benar itu yang terbaik untuk ibumu. Apa kau tega membiarkan ibumu tersika dengan alat-alat itu ? “ aku hanya menggeleng
“ biarkan tuhan yang menentuka bell .. kau masih punya aku, bibi rose, dan ayahmu kan ?” aku mengangguk. “ terima kasih kyle , terima kasih kau slalu ada untuku “ aku memeluk erat kyle.
Sudah 3 bulan lamanya ibu koma. Tanpa perkembangan sama sekali. Setiap hari berbagai macam bahan kimia masuk kedalam tubuhnya. Aku tak tega melihat ibu disiksa seperti itu. Bahkan dokter sudah pasrah, dia menawariku untuk melepaskan saja alat bantu itu dan membiarkan ibu pergi. Namun aku belum siap. Belum banyak waktuku bersama mama. Namun bibi rose menyarankan hal yang sama. Apa boleh buat, aku juga kasihan melihat mama tersiksa dengan obat-obat kimia dan alat bantu itu. Sebelum aku mengijinkan dokter melepas alat bantu itu. Aku berbisik di telinga mama “ selamat tinggal mama, bell manyayangimu “  air mataku tak terbendung lagi, menyeruak keluar. Waktu seakan berhenti melihat ibuku seperti itu. Bukan aku yang membunuh ibu, tapi itu yang terbaik untuk dia.
Sepekan setelah kematian ibu. Bibi rose menghubungi ayahku di Los Angeles untuk menjemputku. Baru beberapa bulan yang lalu aku bertemu kyle, dia yang membawa kebahagiaan dihidupku. Namun sekarang aku harus berpisah dengnnya. Besok ayah akan menjemputku. Malam ini malam perpisahanku dengan kyle. Aku dan kyle memutuskan untuk camping di bukit belakang sekolah malam ini. Kami menyalakan api unggun kecil-kecilan untuk menghangatkan tubuh kami. Kami berbarng diatas rumput segar menatap indahnya langit mala mini. Bintang Nampak jelas terlihat dari sini.
“ kyle, aku tak ingin berpisah denganmu. “ kataku lembut.” Hei! Fikirkan masa depanmu. Sebentar lagi kita kuliah bell.. kampus di Los Angeles lebih baik dari pada disini. Kita masih bisa berkomunikasi bell. Telfon, internet. “ dia menatapku tajam-tajam.kami kembali tenggelam dalam kemilau bintang mala mini.
                Ayah datang menjemputku. Aku berpamitan kepada kyle, keluaragnya, dan bibi rose. serta berterima kasih atas kebaikan yang telah mereka berikan padaku selama ini. aku duduk di bangku belakang. Hanya ada ayah aku, dan brang-barangku didalam mobil. Mungkin  karna hamper 14 tahun tak bertemu. Aku dan ayah sama-sama canggung untuk berbicaara. Kami hanya diam saja selama perjalanan. Aku lebih suka menghabiskan waktuku untuk tidur.
                “ selamat datang dirumah barumu grace .. “ ayah membukakan pintu mobil dan menunjukan rumah miliknya. Aku hanya tersenyum dan memandangnya sambil berkata “ panggil aku bell”. Ayah mengulangi perkataannya “ baiklah .. selamat datang dirumah barumu bell “
 aku tersenyum menahan tawa melihat tingkah ayah.
                Aku berjalan memasuki rumah besar itu. Benar- benar seperti kapal pecah. Wajarlah ayah seorang lelaki yang hidup sendiri tnapa istri ataupun pembantu. Rumah ini benar-benar kacau. “ maaf, ayah tidak bakat untuk membersihkan rumah. Mari ayah tunjukan kamarmu” ayah menggandengku menyusuri anak tangga yang cukup membuatku lelah. Dibukanya sebuah pintuk di lantai atas. Untuk ruangan satu ini terlihat rapi. Mungkin ayah sudah berjuang keras untuk membersihkannya. “ bagaimana? Suka ?” Tanya ayah . “ Ya aku suka. Terima kasih ayah “ aku memeluknya dengan erat. Aku merindukan pelukan ayah. Dan bau khas parfum ayah.

*2tahun kemudian
                Kampus. Sekarang aku sudah kuliah. Menginjak dewasa. Usiaku sudah hamper 18 tahun. aku kuliah di universitas terkemuka di L.A. dua tahun hidup bersama ayah cukup membuatku bahagia. Liburan musim panas ini aku berencana ke New York sekitar 3 hari trakhir untuk mengunjungi bibi rose dan kyle. Tapi ayah memintaku untuk menunggunya selesai mengerjakan pekerjaannya dikantor. Mungkin 1 minggu lagi.
                Liburan musim panas. Aku berencana pergi ke pantai. Mengendarai mobil spot hadiah ulang tahun dari ayah. Ya aku sendirian. Rambut panjangku tergerai canti tertiup hembusan angin. Tiba-tiba aku merasa ada yang tidak beres dengan mobilku. Aku turun untuk mengecek semua keadaan. Oh my God. Ternyata ban belakang bocor. Sebernarnya aku membawa dongkrak dan ban serep. Tapi aku tak tau harus bagaimana caranya. Aku memilih untuk diam  menunggu seseorang melewati jalan itu.

#tunggu kelanjutannya ..
               


               

               

Tips Menghilangkan Stres Akan Menghadapi Ujian Nasional

Sabtu, 13 April 2013

Sebah nih seharian mantengin soal-soal bejibun banyaknya. H-8 guys!!!! fighting ! pasti bisa dan harus bisa dapetin nem diatas rata-rata . Relax sebentar gapapa kan ya . Ada tips nih seputar Ujian, biar gak tegang dan gak stres .
* harus pandai-pandai ngatur waktu. Kapan wktu buat belajar, istirahat, main, sama beribadah.
* Jangan pernah lupain sholat buat yang beragama islam.
* Belajar bener- bener ( np: belajar efektif adalah ketika perasaan kita sedang gak galau atau gak ada fikiran. Fokus kunci utama.)
* Tobat. Berhenti bikin sakit hati orang.
* Butuh banget refresing, biar otak rilex. Bisa juga jalan-jalan ketaman sama temen-temen, atau sekedar blogging kyk aku hehe..
* Motivasi'in diri sendiri. Bayangkan betapa bahagia dan bangganya kedua orang tua kalian kalau tau kalian LULUS dengan predikat nem terbaik!

That's right itu tips dari aku. Semoga bermanfaat. Semangat ! Let's be proud of our parents. success!!!

Total Tayangan Halaman